Bagi
seluruh masyarakat Indonesia bulan Agustus adalah merupakan salah satu bulan
yang terbilang sangat sakral. Hal ini dikarenakan di bulan kedelapan itulah seluruh
rakyat Indonesia memperoleh kemerdekaannya sebagai Negara secara utuh tanpa campur
tangan penjajah negara lain. Di bulan Agustus itu pula rakyat Indonesia seolah dibawa
kembali pada masa lalu bahwa kemerdekaan yang kita rasakan sekarang ini tak pernah
terlepas dari segala bentuk perjuangan dan perjalanan panjang yang memang sangat
berat. Sehingga tentunya bagi keseluruhan rakyat Indonesia yang ada sekarang haruslah
mengingat serta menghargai penuh tentang segala pengorbanan para pahlawan terdahulu.
Terlepas
dari aktivitas rutin resmi tahunan yakni upacara bendera, semua warga Negara republik
Indonesia senantiasa melakukan aktivitas lain seperti diadakannya permainan tradisonal
yang mungkin di tiap-tiap daerah memiliki permainan unik tersendiri, seperti
hal nya yang dilakukan oleh warga Desa Wanasari pada tanggal 13 Agustus 2016 menyelenggarakan lomba dimana ada beberapa kegiatan
perlombaan yang dilakukan untuk menyambut semarak kemerdekaan RI yang ke-71. Dan
tentunya sebenarnya permainan ini juga bukanlah hanya bentuk sebuah permainan,
akan tetapi ternyata terdapat suatu makna dan nilai-nilai tersendiri yang
secara tersirat dari adanya permainan dan hiburan tradisional yang digelar. Misalnya
perlombaan yang sering digelar adalah lomba balap karung, Lomba yang mengambil konsep
seperti balap lari namun harus memakai karung yang menutupi keseluruhan kaki
sehingga sulit untuk berlari cepat membuat permainan ini cukup menarik untuk dimainkan.
Makna
pada lomba balap karung ini adalah, mengingat kembali masa-masa susah di era
penjajahan Jepang. Dimana, banyak rakyat kesulitan mencari bahan pakaian karena
pemerintah Jepang dengan sengaja menghambat proses distribusinya. Di saat yang
terdesak itu, masyarakat kita tak kehilangan akal. Alhasil, mereka menggunakan karung
goni yang dijahit untuk berpakaian. Karung goni atau kain yang berserat kasar
yang biasa digunakan untuk membungkus beras dan gula tersebut tentu saja tak nyaman
menjadi bahan pakaian karena penuh dengan kutu.
Selain itu, makna lain yang terkandung dalam balap karung adalah betapa sulitnya untuk berlari maju ketika kedua kaki terkungkung didalam karung, seperti layaknya kungkungan penjajah terhadap kebebasan rakyat untuk kemajuan berbangsa dan bertanah air. Nah, karena itulah, filosofi menginjak-injak karung ini juga diartikan bahwa kita telah meninggalkan pakaian yang tidak layak pakai. Selain balap karung, masih banyak perlombaan yang dilakukan oleh warga Desa Wanasari yang juga memiki makna dan arti tersendiri yang tentunya sangat antusias diikuti oleh seluruh warga. Misalnya makan krupuk, balap kelereng, Tarik tambang, panjat pinang dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar